Arsitektur khas Indonesia semakin ditinggalkan dan banyak meniru gaya arsitektur Barat. Padahal, gaya khas Indonesia ini merupakan arsitektur yang ramah lingkungan.
Hal ini disampaikan Donni Desyandono selaku pembicara dalam seminar nasional bertajuk “Jatidiri Arsitektur Ramah Lingkungan” di Universitas Negeri Semarang (Unnes). “Konsep bangunan khas Indonesia seperti rumah Jawa merupakan contoh bangunan yang ramah lingkungan. Bangunan itu memanfaatkan cahaya matahari sebagai penerang dengan menggunakan genteng yang transparan,” kata Donni seperti disitat dari laman Unnes, Senin (23/4/2012).
Menurut Donni, banyak bangunan di Indonesia yang tidak proporsional karena para arsitek lebih mementingkan sisi seni sebuah bangunan. “Seharusnya arsitek mempertimbangkan konsep bangunan ramah lingkungan,” ujar arsitek dari Green Building Council Indonesia itu.
Dekan Fakultas Teknik (FT) Unnes M Herlanu dalam sambutannya mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa jurusan arsitek Unnes. “Saya bangga dengan kegiatan ini. Saya berharap masyarakat dan para arsitek di Indonesia memiliki perilaku green salah satunya dengan tetap bangga dan menghargai konsep bangunan khas Indonesia,” tuturnya.
Selain mendapuk Arsitek Green Building Council Indonesia, FT Unnes juga menghadirkan Lim Yu Sing sang arsitek muda juara pertama dalam Invited Competition Wika Leadership Center 2011 dan dosen dan IAI Semarang Titien Woro Murtini. Seminar yang diselenggarakan oleh mahasiswa semester II dan IV itu dihadiri oleh mahasiswa arsitektur dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)